Karangan "Kurangnya Minat Belajar Siswa SMK N 1 Lubuksikaping"

SMK N 1 Lubuksikaping adalah suatu sekolah kejuruan yang bergelut dibidang management bisnis dan teknologi. Jurusan yang tersedia juga tak kalah hebatnya Akuntansi, Tata niaga, Sekretaris bahkan Teknologi Informasi. Tapi sayangnya segelintir siswanya mencoreng nama baik sekolah ini. Bukan saja dari segi kenakalan namun yang lebih parahnya yakni lemahnya kesadaran pribadi siswa untuk belajar. Mengapa demikian? Ya suatu pertanyaan yang besar dalam benak saya. Sepertinya hari-hari sekolah bagi mereka hanyalah sebatas absen. Mereka masuk lokal, isi daftar hadir setelah itu melancong entah kemana. Lihat saja ketika guru mereka dengan semangat 45-nya berkobar di depan kelas, paling juga hanya suara riuh sebagai responnya. Jika tindakan itu berkaitan dengan pembelajaran, tak apalah. Namun tidak demikian, mereka hanya sibuk menceritakan hal-hal yang menurut mereka amatlah penting. Mungkin bagi mereka tak ada waktu yang lebih tepat untuk membicarakan semua itu selain pada saat jam pelajaran berlangsung.
Bagi mereka terlambat, bukan hal yang ganjil. Tertinggal pelajaran itu hal biasa. Tidak mengerjakan PR “peduli amat”. Dihukum guru sudah menjadi makanan sehari-hari. Kartu disiplin penuh dengan bobot “kan bisa direkayasa”. Jadi apa yang harus dikomentari untuk mereka, sementara mereka sudah menganggap semua itu sebagai hal yang wajar . Cabut disaat jam pelajaran berlangsung nampaknya suatu budaya yang amat kental dikalangan generasi muda ini, seolah-olah pelajaran yang diberikan guru itu tidak ada gunanya. Entah mereka tidak menyenangi guru dan pelajarannya atau mereka sudah mendapatkan pelajaran itu diluar sekolah. Tapi rasanya tak mungkin, kenapa? Mengapa ada budaya mencontek saat ulangan, latihan, PR bahkan ujian semesterpun semua bergantung pada pertolongan teman yang mereka anggap bisa diandalkan atau dengan sebuah jimat khusus. Suatu yang tak wajar, katanya pelajar?. Pelajar itukan sebaiknya harus berusaha sesuai kemampuan sendiri bukan dengan kemampuan orang lain.
“Lemahnya kesadaran pribadi siswa untuk belajar”. Yaa.. mungkin hanya sebaris kalimat itu penyebab terjadinya hal yang demikian. Mungkin niat siswa menuju ke sekolah hanya sebatas melepaskan kewajiban kepada orang tua mereka yang setiap pagi menggedor kamar tidurnya, menyediakan sarapan dan memberi uang jajan untuk mereka. Mungkin tak terpikir oleh mereka bagaimana jerih payah orang tuanya dalam menghidupi dan membiayai sekolah demi masa depannya.
“Indonesia, Indonesia kapan kamu akan maju? Generasimu saja begini. Siapa yang akan membangun negaramu, siapa yang akan mengolah hasil bumimu, siapa yang akan menciptakan sebuah pesawat terbang untuk arungi angkasamu? Harapan yang amat jauh. Generasimu saja masih tren dengan budaya menconteknya. Saya rasa jika mereka tetap begini tak tertutup kemungkinan Negara ini akan dijajah kembali secara perlahan oleh Negara-negara adikuasa dari luar sana” jerit nurani ku.
Mengapa mereka seolah-olah tak memiliki kewajiban terhadap bangsa dan Negara mereka untuk menuntut ilmu? Padahal suatu hadist menjelaskan “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim (laki-laki atau perempuan), sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut. (H.R. Ibnu Abdil bar)”. Saya rasa tak ada seorang siswapun yang tak tahu akan hadist ini. Tapi seolah-olah hadist ini tak bermakna sedikitpun dimata mereka. “Duduk di kelas untuk menghabiskan waktu dua jam mata pelajaran saja sudah setengah mati rasanya apalagi untuk menghapal dan mengamalkan hadist pendek itu”.
Hal yang paling mereka tunggu adalah suara bel “Teng…teng…teng.. “ jika menggema ke udara mereka bersorak ria tak ubahnya seorang narapidana yang bebas dari sel, padahal bagi segolongan orang ingin rasanya membumi hanguskan sumber bunyi itu karena mereka masih ingin belajar. Waktu setengah hari telah dilalui namun tak satu kalimatpun yang meresap dan menjadi ilmu bagi mereka. Penjelasan guru hanya habis terbawa angin, tertinggal di papan tulis dan menjadi catatan usang yang tak berarti. Dimana mereka yang jasadnya terduduk dibangku kelas selama ini? Tapi semua tak menjadi persoalan yang berarti bagi meraka.
Adanya asap tentu dikarenakan adanya api. Saya rasa hal yang dijabarkan diatas juga begitu, tentulah ada sebab dibalik perilaku yang negatif itu. Biasanya perilaku anak yang cenderung negatif juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan keluarga yang kurang kondusif. Salah satunya kurangnya perhatian dan komunikasi antara anak dan orang tua. Mengapa demikian? Karena biasanya dengan adanya komunikasi, anak akan termotivasi untuk menjadi lebih baik. Perilaku anak akan berubah jika ia merasa diabaikan dan ditelantarkan oleh orang tuanya. Apalagi orang tua yang super sibuk. Pagi ke kantor, siang ke kantor dan malam kelelahan. Maka untuk itu diharapkan agar orang tua dapat membagi waktunya bersama anak-anaknya. Karena bagaimanapun seorang anak tidak bisa lepas dari bimbingan orang tua.
Hal lain yang juga turut mempengaruhi minat belajar anak ialah cara orang tua mendidik anaknya. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap minat belajar anak. Sutjipto Wirowidjojo menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Jika orang tua tidak memperhatikan pendidikan anaknya (acuh tak acuh terhadap belajar anaknya) seperti tidak mengatur waktu belajar, tidak melengkapi alat belajarnya dan tidak memperhatikan apakah anaknya belajar atau tidak, semua ini berpengaruh pada semangat belajar anaknya, jadi anaknya tersebut malas dan tidak bersemangat belajar. Hasil yang didapatkannya pun tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Mendidik anak tidak baik jika terlalu dimanjakan dan juga tidak baik jika mendidik terlalu keras. Untuk itu, perlu adanya bimbingan dan penyuluhan yang melibatkan orang tua agar bimbingan itu bermuara pada keberhasilan anak.
Suasana rumah yang gaduh, ramai, semrawut dan tidak memberi ketenangan kepada anak untuk belajar dapat menurunkan semangat belajar dan cenderung bosan untuk belajar karena merasa terganggu oleh hal-hal tersebut. Biasanya ini terjadi pada keluarga yang besar dan terlalu banyak penghuninya, suasana rumah yang tegang, ribut, sering cekcok, bisa menyebabkan anak bosan di rumah, dan sulit berkonsentrasi dalam belajarnya. Untuk memberikan motivasi yang mendalam pada anak-anak perlu diciptakan suasana rumah yang tenang, tentram dan penuh kasih sayang supaya anak tersebut betah dirumah dan bisa berkonsentrasi dalam belajarnya.
Dalam kegiatan belajar, seorang anak kadang-kadang memerlukan sarana prasarana atau fasilitas-fasilitas belajar seperti buku, alat-alat tulis dan sebagainya. Fasilitas ini hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang, jika fasilitas tersebut tidak dapat dijangkau oleh keluarga. Ini bisa menjadi faktor penghambat dalam belajar tapi sianak hendaknya diberi pengertian tentang hal itu. Agar anak bisa mengerti dan tidak sampai mengganggu belajarnya. Tapi jika memungkinkan untuk mencukupi fasilitas tersebut, maka penuhilah fasilitas tersebut, agar anak bersemangat untuk belajar.
Ternyata faktor sekolah juga mempengaruhi minat belajar siswa. Faktor ini mencakup metode mengajar, kurikulum, dan pekerjaan rumah. Metode mengajar itu sendiri adalah suatu cara yang harus dilalui dalam mengajar, metode mengajar ini mempengaruhi minat belajar siswa. Jika metode mengajar guru kurang baik dalam artian guru kurang menguasai materi-materi atau kurang persiapan dan guru tidak menggunakan variasi dalam menyampaikan pelajaran alias monoton maka semua ini bisa berpengaruh tidak baik bagi semangat belajar siswa. Siswa menjadi malas belajar, bosan, mengantuk dan akibatnya siswa tidak berhasil dalam menguasai materi pelajaran. Oleh karena itu, untuk meningkatkan minat belajar siswa guru hendaknya menggunakan metode mengajar yang tepat, efesien dan efektif yakni dengan dilakukannya keterampilan variasi dalam menyampaikan materi.

0 Response to "Karangan "Kurangnya Minat Belajar Siswa SMK N 1 Lubuksikaping""

Posting Komentar